[ SEJARAH & SEKITAR KITA ] #1 - DARI MANA SIH NAMA KAMPUNG GEDONG ?
Kalian tau gak sih, nama Kampung Gedong itu asalnya dari mana?, atau kalian tau gak sih sejarah Kampung Gedong, coba deh inget kata-kata bung Karno terakhir :
Nah bener nih, jangan sekali-kali meninggalkan apalagi melupakan sejarah, terlebih kita yang hidup di Kampung Gedong, masa iya gak mau tau asal usul kampung kita. Kampung Gedong ? bisanya kalo orang-orang denger tentang kata GEDONG di sangkut pautkan dengan orang yang punya harta melimpah alias KAYA orang Gedongan. keren gak tuh, coba deh kita menelisik lebih dalam nama Kampung Gedong.
KAMPUNG GEDONG, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kampung itu artinya kelompok rumah, atau wilayah dimana orang-orang tinggal dan membentuk sebuah organisasi tersendiri. sedangkan Gedong artinya Bagus, Indah, Mewah, Kaya. jadi Kampung Gedong bisa di ibaratkan Desa yang Indah, Mewah. keren gak tuh artinya. kok bisa ya di beri nama Kampung Gedong.
Gedong Tinggi atau Gedung Tinggi atau Gedung Groeneveld – Nama Gedung yang menjadi asal muasal Nama Kampung Gedong, sebuah nama Kelurahan yang berada di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Tidak banyak orang yang tau bahwa bekas puing-puing ini adalah sebuah cagar budaya yang menunjukan kemegahan daerah Condet, Kramat Jati, Kampung Gedong dan Pasar Rebo. Gedung ini dulunya adalah tempat tinggal mewah dan dianggap paling indah di Jakarta dan menjadi salahsatu gedung tertinggi di Batavia pada tahun 1756, memang letaknya jauh dari pusat kota. Milik keluarga Pieter van de Velde seorang anggota luar biasa dari Raadvan Indie (Dewan Hindia). Di tahun 1742 ia membeli sebidang tanah di pinggir Kali Ciliwung di daerah Tanjung Oost, Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo. Groeneveld merupakan sebutan untuk Tanjung Timur, merupakan rumah tuan tanah terbesar yang pemah dibangun di sekitar Jakarta, tepatnya di sebelah kiri simpang tiga Jl. TB Simatupang dan Jl. Condet Raya, tepatnya di depan lapangan Gedong Tinggi. Gedung Groeneveld yang berada di Tanjung Oost dan Tanjung Timur dulunya orang menyebut demikian.
Gedung beserta halamannya yang begitu luas, oleh pemiliknya dulu dinamakan Goeneveld, yang bermakna lapangan hijau, sesuai sama pemandangan seputarnya yang hijau royo – royo. Dari gedung itu hingga tempat yang saat ini jadi perempatan Pasar Rebo, Jalan Raya Bogor, terbentang jalan yang dulu kanan kirinya ditanam pohon asem (Tamarindus indica), memberi keasrian panorama sekitarnya.
Di masa Jepang gedung tersebut digunakan sebagai gudang, namun dengan cepat bisa diambil alih oleh tentara, selanjutnya digunakan sebagai markas Barisan Pelopor. Tahun 945-946 di Gedung Groeneveld ini Barisan Pelopor telah merencanakan program-programnya. Kemudian di masa Agresi Militer I (1947) dan Agresi Militer II (1948), Gedung Groeneveld diambil alih oleh tentara NICA sebagai perusahaan Onderneming. Setelah pengakuan kedaulatan 1949 gedung dibeli oleh Haji Samili. Tahun 1952 ia menyewakannya kepada Brigade Mobil Polisi, dan kemudian kepada Hotel Indonesia untuk mendidik pegawainya (1960-1962) dan kemudian dijual kepada Komdak Metro Jaya. Namun di bulan Mei 1985 gedung tersebut terbakar akibat ledakan dapur seorang penghuni.
"JANGAN SEKALI-KALI MENINGGALKAN SEJARAH"
Nah bener nih, jangan sekali-kali meninggalkan apalagi melupakan sejarah, terlebih kita yang hidup di Kampung Gedong, masa iya gak mau tau asal usul kampung kita. Kampung Gedong ? bisanya kalo orang-orang denger tentang kata GEDONG di sangkut pautkan dengan orang yang punya harta melimpah alias KAYA orang Gedongan. keren gak tuh, coba deh kita menelisik lebih dalam nama Kampung Gedong.
KAMPUNG GEDONG, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kampung itu artinya kelompok rumah, atau wilayah dimana orang-orang tinggal dan membentuk sebuah organisasi tersendiri. sedangkan Gedong artinya Bagus, Indah, Mewah, Kaya. jadi Kampung Gedong bisa di ibaratkan Desa yang Indah, Mewah. keren gak tuh artinya. kok bisa ya di beri nama Kampung Gedong.
Gedong Tinggi atau Gedung Tinggi atau Gedung Groeneveld – Nama Gedung yang menjadi asal muasal Nama Kampung Gedong, sebuah nama Kelurahan yang berada di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Tidak banyak orang yang tau bahwa bekas puing-puing ini adalah sebuah cagar budaya yang menunjukan kemegahan daerah Condet, Kramat Jati, Kampung Gedong dan Pasar Rebo. Gedung ini dulunya adalah tempat tinggal mewah dan dianggap paling indah di Jakarta dan menjadi salahsatu gedung tertinggi di Batavia pada tahun 1756, memang letaknya jauh dari pusat kota. Milik keluarga Pieter van de Velde seorang anggota luar biasa dari Raadvan Indie (Dewan Hindia). Di tahun 1742 ia membeli sebidang tanah di pinggir Kali Ciliwung di daerah Tanjung Oost, Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo. Groeneveld merupakan sebutan untuk Tanjung Timur, merupakan rumah tuan tanah terbesar yang pemah dibangun di sekitar Jakarta, tepatnya di sebelah kiri simpang tiga Jl. TB Simatupang dan Jl. Condet Raya, tepatnya di depan lapangan Gedong Tinggi. Gedung Groeneveld yang berada di Tanjung Oost dan Tanjung Timur dulunya orang menyebut demikian.
Gedung beserta halamannya yang begitu luas, oleh pemiliknya dulu dinamakan Goeneveld, yang bermakna lapangan hijau, sesuai sama pemandangan seputarnya yang hijau royo – royo. Dari gedung itu hingga tempat yang saat ini jadi perempatan Pasar Rebo, Jalan Raya Bogor, terbentang jalan yang dulu kanan kirinya ditanam pohon asem (Tamarindus indica), memberi keasrian panorama sekitarnya.
Tuan tanah pertama dari lokasi itu yaitu Pieter van de Velde asal Amersfoort, yang pada pertengahan era ke-18 sukses memupuk kekayaan karena beragam kedudukannya yang senantiasa untungkan. Sesudah momen pemberontakan Cina pada th. 1740, dia sukses mengusai tanah – tanah Kapten Ni Hu-Kong, yang terdapat di selatan Meester Cornelis (saat ini Jatinegara) samping timur Sungai Ciliwung. Lalu di lebih dengan tanah – tanah yang lain yang di belinya sekitaran th. 1750, jadi terbentuklah Tanah Partikelir Tanjoeng Oost
Pembangunan gedung ini dimulai tahun
1756 hal ini
tercatat dalam akta penjualan yang tertanggal 23 April 1760. Nama Gedung
Groenveld dimungkinkan berasal dari nama kampung di sekitar tempat ini disebut
Kelurahan Gedong, dan hingga sekarang nama jalan ke tempat tersebut disebut JI.
Gedong.
Gedung ini
sudah beberapa kali berpindah tangan dan berubah nama diantaranya ketika
pemilik pertama meninggal dunia tanah tersebut berpindah tangan ke Adriaan
Jubbles di tahun 1759. Dan pada tanggal 1763 berpindah tangan kembali ke
Jacobus Jihannes Craan yang diberi nama Het Groeneveld, yang populer dengan seleranya yang tinggi. Yang memiliki baru itu merias gedung peristirahatan dengan dekorasi berlanggam Lodewijk XV, ditambah dengan hiasan – hiasan yang bertemusana Cina.
Hingga pada tahun 1780 berpindah ke tangan W.V.H. Van Riemsdijk lalu berpindah lagi ke tangan Daniel Van Riemsdjik. Setelah Daniel meninggal dunia kepemilikan berpindah kepada putrinya yakni Dina Cornelia dan suaminya Tjaling Ament. Keluarga Ament menguasai tanah yang amat luas dengan istananya, bahkan luas tanahnya dari Cawang sampai Cisalak. Mereka memiliki pengadilan atau hakim sendiri, dan juga perahu-perahu layar sendiri. Gedung tersebut dijadikan sebagai pusat kegiatan perdagangan dan kekuasaannya sebagai tuan tanah. Tanahnya yang luas ditanami dengan bermacam-macam tanaman dan buah-buahan serta dijaga oleh centeng-centeng di perbatasan wilayahnya. Selanjutnya berpindah kepada Eduard Comelis.
Hingga pada tahun 1780 berpindah ke tangan W.V.H. Van Riemsdijk lalu berpindah lagi ke tangan Daniel Van Riemsdjik. Setelah Daniel meninggal dunia kepemilikan berpindah kepada putrinya yakni Dina Cornelia dan suaminya Tjaling Ament. Keluarga Ament menguasai tanah yang amat luas dengan istananya, bahkan luas tanahnya dari Cawang sampai Cisalak. Mereka memiliki pengadilan atau hakim sendiri, dan juga perahu-perahu layar sendiri. Gedung tersebut dijadikan sebagai pusat kegiatan perdagangan dan kekuasaannya sebagai tuan tanah. Tanahnya yang luas ditanami dengan bermacam-macam tanaman dan buah-buahan serta dijaga oleh centeng-centeng di perbatasan wilayahnya. Selanjutnya berpindah kepada Eduard Comelis.
Di masa Jepang gedung tersebut digunakan sebagai gudang, namun dengan cepat bisa diambil alih oleh tentara, selanjutnya digunakan sebagai markas Barisan Pelopor. Tahun 945-946 di Gedung Groeneveld ini Barisan Pelopor telah merencanakan program-programnya. Kemudian di masa Agresi Militer I (1947) dan Agresi Militer II (1948), Gedung Groeneveld diambil alih oleh tentara NICA sebagai perusahaan Onderneming. Setelah pengakuan kedaulatan 1949 gedung dibeli oleh Haji Samili. Tahun 1952 ia menyewakannya kepada Brigade Mobil Polisi, dan kemudian kepada Hotel Indonesia untuk mendidik pegawainya (1960-1962) dan kemudian dijual kepada Komdak Metro Jaya. Namun di bulan Mei 1985 gedung tersebut terbakar akibat ledakan dapur seorang penghuni.
Itu adalah
asal muasal nama Kampung Gedong dari sebuah Gedung Bernama Groeneveld yang
sekarang lebih di kenal dengan nama Gedong Tinggi atau Gedung Tinggi. Yang
sampai saat ini masih bisa di liat reruntuhannya karena tidak terawat oleh
pemda setempat, dan hanya tersisa beberapa tumpuk bata bekas tembok gedung ini.
Salam Surya Manggala, Salam Organisasi, Terima Kasih - FVAQ
Salam Surya Manggala, Salam Organisasi, Terima Kasih - FVAQ
------------------------------o0O0o------------------------------
ARTIKEL TERKAIT
KOMPAS
KASKUS
BLOGSPOT
ARTIKEL SEBELUMNYA
-
ALAMAT SEKRETARIAT
Jalan Raya Tengan, Gang. Antariksa RT 008
RW 08
Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo
Jakarta Timur – 13760
D K I
J A K A R T A
INSTAGRAM
@oktrw08gedong
E-MAIL
oktrw08gedong@gmail.com
kartarsub08sm@gmail.com
YOUTUBE
Official KarangTaruna RW08_Gedong
PEMUDA BANGGA KENAL SEJARAH| KARANG TARUNA
SUB 08
author : @alqamarjourney
admin Instagram : @nikenhpsr
Mantep nih karang taruna,maju terus,sukses,berkarya
ReplyDeletemakasih dukungannya, jangan lupa setiap jumat kita posting artikel baru yang lebih menarik. -FVAQ
Delete