[ SEJARAH & SEKITAR KITA ] #5 - CILIWUNG, RIWAYATMU DULU

Ada yang tau gak apa batas antara Jakarta Timur dan Jakarta Selatan?

Pasti yang baca konten Sejarah dan Sekitar episode #1 dan episode #3 tau deh apa jawabannya karena berkaitan erat dengan sejarah terbentuknya Jakarta dan Kampung Gedong, sebagai jalur trasportasi penting pada tahun 1742, bahkan sebagai tempat Perjanjian Sunda – Portugis, hal ini juga di temukannya batu prasasti yang dimaksud.


Yup dari pertanyaan dan semua petunjuk mengarah kepada Sungai terbesar di Jakarta Sungai Ciliwung. Jadi tuh sebenarnya Sungai Ciliwung adalah batas alami dari wilayah Jakarta Timur dan Wilayah Jakarta Selatan. Pasti tau dong Sungai Ciliwung adalah sungai terpenting yang ada di wilayah DKI Jakarta, karena semenjak zaman Sunda Kelapa dulu sudah digunakan sebagai tempat lalu lalang transportasi air yang menghubungkan antar wilayah di Sunda Kelapa. Hal tersebut terus berlanjut hingga Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC atau kompeni di mulut) sebagai pemerintah yang menjabat kala itu membuat banyak kali-kali tiruan (gracht, dibaca : grachten) yang di sambungkan dengan kali-kali alamia dengan tujuan menghilangkan kerinduan akan negara asal mereka Belanda terfokus di kota Amsterdam. Melihat hal tersebut pembuatan gracht diperluas dengan pihak swasta, bukan karena bertujuan untuk menghilangkan kerinduan kampung halaman namun sebagai moda transportasi yang cepat dan efektif melainkan melalui jalur darat. Beberapa jalur air tidak dapat dilalui sembarang perahu, mereka harus membayar untuk dapat melalui jalur air ini. Nah tuh, pentingnya Sungai Ciliwung itu dari jaman penjajahan bahkan.


Sebenernya tuh Sungai Ciliwung gak Cuma ada di wilayah DKI Jakarta aja, namun terus naik jauh hingga di Gunung Gede Pangrango sebagai Hulunya namun hilirnya tetap di Jakarta, dan perlu diketahui bahwa Sungai Ciliwung ini cukup unik karakteristiknya di Hulu yang kecil namun di Hilir punya penampang sungai yang lebar, namun tidak berlaku untuk sekarang, karena maraknya penyempitan sungai, namun semejak pemerintahan Gubernur periode Bapak Joko Widodo dan Bapak Basuki Tjahaja Purnama sudah mulai di benahi dan di normalisasi untuk sepanjang aliran sungainya.

Panjang aliran utama Sungai Ciliwung adalah hampir 120 KM dengan daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai atau DAS seluas 378 km persegi. Namun sayangnya sekarang kita tidak lagi dapat melihat bentuk asli Sungai Ciliwung karena sudah terlalu banyak manipulasi aliran sungainya. Seperti di daerah Manggarai aliran Ci Liwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga Gambir, namun setelah Pintu Air Istiqlal jalur lama tidak ditemukan lagi karena telah dibuat kanal-kanal semenjak zaman Belanda dulu, seperti kanal di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal Molenvliet di antara Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk. Di Manggarai, dibuat Kanal Banjir Barat yang mengarah ke barat, lalu membelok ke utara melewati Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga ke Pluit. Sedangkan Kanal Banjir Timur direncanakan mulai dari sekitar wilayah Kampung Melayu ke timur, menghubungkan aliran-aliran Ci Liwung, Ci Lilitan, Ci Pinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Cakung, hingga ke wilayah Marunda.


Dari 13 sungai yang melintasi wilayah Jakarta , Ciliwung memiliki dampak yang luas ketika musim hujan datang, karena sungai ini mengalir tepat di tengah-tengah wilayah Jakarta, melintasi banyak perkampungan padat penduduk mulai dari ekonomi menengah ke atas hingga menengah kebawah (kumuh). Banyak yang menyebutkan bahwa Sungai Ciliwung yang paling parah mengalami perusakan nih genks, sebenarnya penyebab utamanya bukan di Jakarta sendiri, walau pemukiman kumuh di Jakarta mejadi salah satunya, namun penyebab utamanya adalah kerusakan di bagian hulu atau di wilayah Puncak Bogor, selain pembangunan di wilayah tersebut yang tinggi juga kurang reboisasi dan pembuangan sampah yang berlebihan, efeknya adalah DAS (daerah aliran sungai) Ciliwung terganggu dan mengalami tergerusnya permukaan akibat arus yang tidak bisa di minimalisir debitnya. Ditambah banyaknya pemukiman di daerah Sungai Ciliwung yang membuang sampah ke sungai secara langsung yang menumpuk di banyak pintu air dan menganggu mengalirnya air ke laut langsung.


Kalian tau gak si sebenernya dari mana asal kata CILIWUNG?

Coba deh kalian baca di blog kita ini episode #3 Darimana Datangnya Jakarta, disitu ada sedikit petunjuk jawabannya. Jadi tuh karena dulunya Jakarta bernama Sunda Kelapa dan juga menjadi satu bagian dengan Jawa Barat hingga akhirnya terpisah ketika kepengurusan Gubernur Soemarno pada tahun 1961. Jadi asal usul nama Ciliwung berasal dari bahasa sunda nih genk dari dua buah suku kata Ci dan Haliwung, atau yang artinya Ci adalah Air dan Haliwung  adalah Keruh jadi Ciliwung itu punya arti Air yang Keruh, karena memang dari dulu Sungai Ciliwung punya air yang Jarang Jernih, bukan berarti tercemar namun memang seperti yang di jelaskan tadi karena alirannya yang menyempit di hulu mengakibatkan debit air di hulu menjadi besar dan membawa banyak tanah mengakibatkan air yang sampai Jakarta sedikit keruh.


Hal tersebut juga diperkuat penemuan nama Ci Liwung di dalam naskah kuno berbahasa sunda dengan judul Perjalanan Bujang Manik, naskah yang di tulis di atas daun nipah antara akhir tahun 1400 sampai awal tahun 1500, yang sayang nya naskah berharga ini di simpan di Perpustakaan Bodley di Universitas Oxford sejak tahun 1627. Dalam naskah tersebut berisi 450 nama tempat, gunung bahkan sungai  yang sampai saat ini masih digunakan hingga saat ini, bahkan ada nama Sungai Ci Liwung salah satunya. Hal ini yang menjadi dasar asal usul nama Sungai Ci Liwung yang di ambil dari bahasa sunda.



Udah gitu doang?

Ehhhh, jangan salah, kita masih lanjut ya.

Dari berbagai penemuan yang dilakukan oleh beberapa akeolog sejak tahun 1970, bahwa di tepian Sungai Ciliwung, yang membentang dari Bogor hingga Jakarta terdapat jejak peradaban dan pemukiman. Namun sayangnya banyak yang di abaikan karena kurangnya peran pemerintah yang mengakibatkan banyak lokasi penemuan yang hilang karena tanah nya di bangun sebagai pemukiman warga.

Seperti dalam buku Sejarah Jakarta karya Jj. Rizal yang mengatakan bahwa peradaban Jakarta berasal dari Sungai Ciliwung, sekitar 5000 tahun yang lalu. Seperti penemuan Prasasti Tugu, namun menurutnya prasasti yang dimaksud baru ada di masa sejarah, sedangkan peninggalan pada masa prasejarah bukti yang paling banyak di temukan adalah kapak perimbas di sekitar Sungai Ciliwung.


Hal lain dibuktikan gedung tua yang disebut dengan Groeneveld atau Villa Nova Tanjung Oost atau Gedung Tinggi asal mula nama Kelurahan Gedong, bahwa jauh semenjak gedung tertinggi ini di bangun telah ada banyak masyarakat yang memanfaatkan Sungai Ciliwung.

Dan yang lebih membuat kita sebagai warga yang dekat dengan Sungai Ciliwung terlebih di wilayah Kampung Gedong, Condet dan Pasar Rebo adalah penemuan makam kuno bahkan makam ini lebih tua dari Pangeran Antawana. Bahwa makam yang hanya di tandai dengan tumpukan batu kali ini sering disebut Ki Tua, beliau adalah seorang penjaga lahan pertanian, dan seorang hebat yang berilmu, namun ada pula yang menyebutnya Ki Balung Tunggal dan ada pula yang menyebutnya Ki Sya’Ban sosok yang di tuakan di kawasan Condet. Tidak hanya itu tidak jauh dari makam Ki Tua ada juga makam Pangeran Astawana yang dimasanya sekitar abad ke-19 dikenal sebagai tokoj perlawanan melawan penajajah Belanda di Condet. Namun hal tersebut banyak yang meragukan karena tidak ada peranan pemerintah dalam membantu menyelidiki siapa pemilik makam di tepian Sungai Ciliwung tersebut.


Bisa dibayangkan panjangnya sejarah sebuah tepian sungai yang saat ini sudah tidak di perdulikan bahkan sudah dilupakan oleh generasi milenial, sebuah sungai yang dulunya terkenal seantero Nusantara bahkan Dunia sebagai pusat perdagangan di kawasan Asia yang sekarang berubah menjadi tepian kumuh tidak terurus bahkan diurug sebagai lahan tambahan pemukiman, hingga akhirnya semua jejak sejarah yang orang tua kita tau tidak diketahui oleh generasi muda yang seharusnya di ceritakan kepada penerusnya.

Sekian untuk konten Sejarah & Sekitar Kita minggu ke-5 ini, semoga dengan adanya blog ini membuat banyak generasi muda mau mencari dan mengetahui asal usul, Darimana, Bagaimana, dan Mengapa. Semoga bermanfaat.

Salam Surya Manggala, Salam Organisasi, Terima Kasih.   - FVAQ


------------------------------o0O0o------------------------------


ARTIKEL TERKAIT

WIKIPEDIA CILIWUNG


WIKIPEDIA PERJALANAN BUJANG MANIK


CILIWUNG TEMPAT PERADABAN TERTUA DALAM SEJARAH JAKARTA


SEJARAH KALI CILIWUNG


DITEMUKAN : BUKTI ADANYA PERADABAN PRASEJARAH DI TEPIA ....


ALAM INDONESIA


#1 - DARIMANA SIH NAMA KAMPUNG GEDONG?


#3 - DARIMANA DATANGNYA JAKARTA ?




ARTIKEL SEBELUMNYA

#4 - SELUK BELUK SEJARAH BETAWI



ALAMAT SEKRETARIAT
Jalan Raya Tengan, Gang. Antariksa RT 008 RW 08
Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo
Jakarta Timur – 13760
D K I   J A K A R T A


INSTAGRAM
@kartar.08gedong


E-MAIL
oktrw08gedong@gmail.com
kartarsub08sm@gmail.com


YOUTUBE
Official KarangTaruna RW08_Gedong



PEMUDA BANGGA KENAL SEJARAH | KARANG TARUNA SUB 08
author : @alqamarjourney
author : @nikenhpsr
admin Instagram : @diazmuhamad_


Comments