[ VIEWFINDER SURYA MANGGALA ] #8 - MERASAKAN DERITA MEREKA, DONASI TSUNAMI SELAT SUNDA PART 2


Assalamuaikum Warohamatullahi Wabarokatuh, mungkin dari teman-teman tidak percaya dengan keberadaannya namun sebenarnya mereka ada dan sekedar memberi tanda kepada kita.

Tulisan di part ini bukan untuk memakut-nakuti, atau membuat viral lokasi bahkan tulisan ini, atau membuat persepsi yang berbeda di tempat tersebut. Namun hal ini bertujuan untuk membangun rasa empati kita kepada para korban dan membantu dalam bentuk apapun termasuk doa.

Untuk memulai postingan part 2 ini, yang perlu diketahui adalah dua dari tujuh orang yang ikut ke banten adalah seorang yang bisa melihat mereka yang tidak terlihat oleh kita yang tidak diberikan ‘anugerah’ dari allah SWT (Tuhan YME). Dan ini adalah sedikit pengalaman dari mereka yang bisa melihat mereka yang tidak terlihat.

Setelah pukul 17.00 WIB sehabis mengambilan gambar untuk ucapan terima kasih dari Ketua Karang Taruna Surya Manggal saudara Mohamad Mungkas, kita di tarik paksa dan segera selesai dari lokasi runtuhan dampak Tsunami Selat Sunda itu. Entah kenapa admin pun tidak paham maksudnya. Tidak ada cerita ataupun penjelasan. Namun yang pasti kita langsung ngebut keluar dari pantai anyer/carita untuk menghindari lebih malam sampai tol.

saat pengambilan gambar

Di pemberhentian kami di kawasan pantai anyer/carita di pom bensin belum ada yang aneh sama sekali, semua berjalan normal bahkan terlintas raut muka bahagia telah mengantarkan semua bantuan dan tidak ada beban kembali walau ada sedikit problem dari awal program kami ini. Kami masih sibuk beres-beres mobil dan membersihkan sisa pasir pantai yang terbawa di sandal ketika pengambilan gambar di pom bensin di kawasan anyer. Ini bertujuan agar lebih nyaman ketika berkendara nantinya.


lokasi pengambilan gambar pertama

lokasi pengambilan gambar pertama

Selepas magrib dan menuju isya kami terus jalan tanpa henti selama 2 jam dengan kecepatan penuh dengan harapan tidak terlalu larut sampai di jalan tol nantinya. Di perjalanan kami selalu saling salip dengan rombongan Karang Taruna Yogyakarta dan saling tegur sapa, karena kami sebagai Karang Taruna sadar di bawah satu payung kita saudara.

Namun satu hal yang mulai kita merasa takut dengan keadaan adalah hujan yang turun secara terus menerus di tambah angin dan petir membuat perjalanan bisa di bilang menjadi penuh dengan resiko. Kalau bisa admin gambarkan seperti kota mati malam hari, tanpa lampu jalan ataupun lampu rumah mungkin karena resort-resort sudah di tinggalkan akibat sepinya jumlah pengunjung yang datang. Benar-benar gelap, yang menjadi sumber cahaya adalah hanya lampu mobil, petir yang menyambar hingga lampu hazard mobil di depan kami sebagai patokan pembawa mobil di belakangnya termasuk mobil kami.

Di tepi laut di kawasan pasir putih laut landai dan lapangan parkir luas, di hari-hari biasa sebelum terjadinya bencana ini begitu gempita, terang, dan hidup namun kali ini gelap bahkan jarang terlihat segerombolan orang, yang ada hanya satu dua orang yang terpaksa berteduh atau hujan-hujanan untuk sampai ketujuan dengan cepat.  Ditambah air laut yang sudah menggerus habis tempat ini dan mengambil seluruh halaman ombak besar yang melumat-lumat, bisa di bayangkan ombak besar yang sudah menyentuh ban mobil kami di jalanan, di tambah badai laut yang mendorong mobil selalu ke tepi mengakibatkan super ekstra tenaga dan waspada diri.

Hal yang paling ekstrim adalah jalanan yang sudah tidak tampak bahkan jarak pandang hanya 2 meter paling jauh mengakibatkan kami terus bersalawat dan bebacaan sebisanya. Sesekali petir menyambar membuat jalanan terlihat seketika lalu gelap kembali. Dalam fikiran kita semua adalah kalau benar ada tsunami susulan kita yang akan terkena pertama nantinya, kita yang akan menjadi saksi mata nantinya. Namun Allah selalu punya caranya sendiri menguji kami yang memang sejak awal punya niatan baik ke lokasi tersebut. Kedua teman kami yang mempunyai sama-sama ‘anugerah’ lebih ini selalu senang berceletuk dan selalu mengingatkan. Entah apa maksudnya bagi kami di belakang hal ini hanya sebagai hiburan bagi mereka ketika radio tidak perfungsi, baterai ponsel habis, kaset semua sudah di putar dan solawat entah sudah terulang beberapa kali.

lokasi pengambilan gambar kedua

lokasi pengambilan gambar kedua

Namun yang menjadi sedikit kami sadari ketika ada celetukan keras mengagetkan semua orang disaat itu kami sadar akan hal lain di luar sana. Saling mengingatkan adalah cara mereka berdua menjaga laju kendaraan dan keselamatan kami. Hal ini yang admin rasakan sendiri adalah ketika sesaat melihat orang di pinggir jalan yang entah kenapa admin tereak “awas” dan sedikit di rem. Disitu tidak ada apa-apa sepi kosong dan gelap, namun tidak berani cerita karena masih dalam kondisi yang tidak memungkinkan.

Itu adalah hal pertama yang terjadi. Hal kedua yang terjadi adalah dibox container yang terbaik yang sudah di ceritakan di postingan pertama entah kenapa di situ melihat entah sebuah bayangan hitam namun di tempat gelap, dia lebih gelap dari yang lainnya, hal ini yang berasumsi bahwa hanya halusinasi kecapekan setelah hampir 10 jam di mobil.

Hujan dan petir sedikit mereda, angin tidak sebesar tadi, mungkin terhalang oleh adanya gedung-gedung hotel tinggi. namun yang sedikit aneh adalah hujan kembali membesar entah beberapa kali terjadi seperti itu. Di tambah banyak pohon bambu yang melengkung yang bisa dibilang sedikit aneh, namun hal ini kita beranggapan karena angin yang kencang.


lokasi pengambilan gambar kedua

sesampainya di pom bensin pemberhentian terakhir kami di kawasan industri memang ada sedikit keinginan terbensit untuk cerita, sepatah-duapatah kata sudah terucap namun di hentikan “nanti aja kalo udah sampe di rumah” hal ini menjadi patokan bawa jangan bercerita apapun saat itu sebelum sampai di rumah.

Pukul 20.00 WIB kami belanjutkan perjalanan di tol menuju ke jakarta, sudah cerita-cerita seputar kesedihan disana, namun tidak ada cerita soal pengalaman aneh yang terjadi karena belum sampai dirumah.

Hal mengejutkan yang terjadi adalah ketika secara random terputar lagu Seventeen (band yang hampir hilang semua personil dan pendukungnya ketika musibah terjadi) dengan judul Jaga Selalu Hatimu. Lagu yang tenar di masanya. Dan bagi beberapa orang terdengar biasa saja, bahkan cenderung tidak sedih sama sekali, namun beda yang di rasakan ketika malam itu, entah kenapa lagu yang terdengar sedikirberbeda sedikit punya makna mendalam akibat kejadian tsunami tadi. Namun hal itu pun tidak terlalu di fikirkan mungkin saja terbawa suasana. Sesak, sedih, ingin menangis yang terasa, namun sekali lagi bahwa belum sampai dirumah jadi tidak sama sekali di hiraukan walau beberapa dari kami menahan kesedihan.

Puncaknya adalah ketika seorang dari kami yang di berikan ‘anugerah’ tersebut bilang “mau tau gak di pundak gw udah ada yang ikut dari sana anak kecil laki-laki” posisi sedang menyetir dan satunya sebagai navigator yang memiliki hal yang sama mengiyakan dan membenarkan. Dan disaat itu juga tangis pecah di mereka berdua, entah apa yang di tangiskan dan entah apa yang di rasakan. Namun bagi admin sendiri memang rasa sedih di hati benar-benar terasa, walau tidak merasakan seberti mereka berdua.

Namun hal yang lebih membuat sedikit sedih adalah ketika navigator kami bercerita dalam keadaan menangis tiba-tiba mengucap beberapa kata namun tidak jelas seperti menggumam, “Lagi tidur karena besok masih liburan gak sadar kalo suara itu tsunami abis itu gelap ada air masuk keidung keluar lewat mulut jangankan ngejauh untuk lari untuk keluar aja gak bisa karena kehalang pintu rumah (ketiban tembok) kenapa harus saya yang kena . . . . ” (ini sudah di klarifikasi esok paginya), dan hal itu yang cukup membuat semua dari kami yang tidak melihat merasakan betapa pahitnya hidup mereka yang merasakan dampak tsunami selat sunda. Dan merasa bersyukur bahwa sebuah kehidupan yang kita lalui saat ini adalah sebuah anugerah  yang memang harus di syukuri, bukan untuk di kritik keras maupun di sepelekan. Bersukur masih bisa di beri nafas di pagi hari, menghirup segarnya udara, dinginnya angin yang menyentuh kulit dan mengalir membasuh semua permukaan tubuh. Bersukur masih bisa melihat orang-orang yang kita sayangi, bermain bersama keluarga dan teman. Dan hal ini pula yang mengajarkan sebuah persaudaraan tidak hanya terbatas oleh hubungan darah namun sebuah persaudaraan secara ihklas membantu dan secara ihklas menerima bantuan.

Lanjut kepostingan ke-3 yang bagi admin sendiri ini pengalaman pertama secara langsung sama sekali tidak di buat-buat, yang biasanya di liat lewat youtube ini secara langsung.

Salam Surya Manggala, Salam Organisasi, Terima Kasih.   –FVAQ



------------------------------o0O0o------------------------------



ARTIKEL TERKAIT

-


ARTIKEL SEBELUMNYA

#7 - MERASAKAN DERITA MEREKA, DONASI TSUNAMI SELAT SUNDA PART 1
https://kartarsub08suryamanggala.blogspot.com/2019/01/viewfinder-surya-manggala-7-merasakan.html

LAMPIRAN

-


ALAMAT SEKRETARIAT
Jalan Raya Tengah, Gang. Antariksa RT 008 RW 08
Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo
Jakarta Timur – 13760
D K I   J A K A R T A


INSTAGRAM
@kartarsuryamanggala


E-MAIL
oktrw08gedong@gmail.com
kartarsub08sm@gmail.com


YOUTUBE
Kartar Sub08 Surya Manggala



VIEWFINDER SURYA MANGGALA | KARANG TARUNA SUB 08
author : @fvalqamm
admin instagram : @nikenhpsr


Comments